Geliat Masyarakat Sekitar Borobudur Gairahkan Pariwisata
Pesona Kulonprogo ikut menjadi penyangga daerah wisata Borobudur |
Dalam kegiatan bertajuk "Netas" (Nemuin Komunitas), Sandiaga berdialog dengan 23 perwakilan komunitas parekraf di Jateng dan Yogyakarta, serta mengajaknya sebagai salah satu unsur pentahelix dalam pengembangan parekraf untuk terus berkreasi, berinovasi, dan beradaptasi. Terutama dalam menghadirkan destinasi-destinasi baru yang bisa menarik minat wisatawan sehingga berkembang daerah-daerah penyangga bagi Destinasi Super Prioritas Borobudur.
"Borobudur akan tetap menjadi ikon, tapi kita harapkan ada beberapa tempat yang menjadi episentrum-episentrum dalam skala kecil dan sedang yang bisa menarik kunjungan wisatawan. Salah satunya di Kulonprogo ini yang memiliki banyak sekali potensi pariwisata berbasis alam dan budaya," kata Menparekraf dalam kegiatan berlangsung di "Kopi Ingkar Janji" (3/4).
Kehadiran daerah penyangga ini dinilai sangat penting karena pemerintah sebelumnya telah menetapkan bahwa pengembangan DSP Borobudur akan tetap memperhatikan keutuhan dan kelestarian Candi Borobudur sebagai peninggalan bersejarah bangsa Indonesia.
Masalah utama yang terjadi pada Candi Borobudur saat ini adalah tekanan besar terhadap strukturnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan wisatawan candi, yang mencapai 8.000 orang perhari pada 2019. Sementara, hasil studi Balai Konservasi Borobudur menunjukkan bahwa idealnya Candi Borobudur hanya mampu menampung maksimal 128 pengunjung setiap harinya.
"Di sinilah peran dari komunitas untuk berinovasi dan berkolaborasi dengan pemerintah. Secara totalitas kami akan memastikan bahwa DSP Borobudur siap menyambut pariwisata era baru pascapandemi. “Kita bisa bangun narasi yang kuat. Selain keindahan alam, tapi juga keramahan masyarakat dan kearifan lokal tentunya," jelas Sandiaga.
Hal senada dikatakan Bupati Kulonprogo, Sutedjo. Kulonprogo sebagai daerah yang telah ditetapkan sebagai penyangga pengembangan KSPN Borobudur dikatakannya memiliki potensi yang kuat dalam pengembangan daya tarik pariwisata dan ekonomi kreatif.
"Kulonprogo merupakan daerah dengan potensi yang lengkap. Memiliki pantai sepanjang 24 kilometer, pegunungan indah, juga perbukitan dengan lanskap persawahan di bawahnya. Kekayaan budaya juga tinggi, karenanya sangat layak Kulonprogo menjadi daerah penyangga Borobudur," papar Sutedjo.
Saat ini pihaknya tengah meningkatkan infrastruktur yakni berupa jalan penghubung dari Yogyakarta International Airport ke arah KSPN Borobudur melalui punggung Bukit Menoreh (ma/ag).