Borobudur Diarahkan Jadi Laboratorium Cagar Budaya Berkelas Dunia
Pengembangan Candi Borobudur berdasar konsep terpadu dan mengacu pada pariwisata berkualitas |
“Untuk memastikan agar dampak pelestarian Candi Borobudur ini berkelanjutan, kita akan melibatkan masyarakat secara aktif. Salah satunya peran mahasiswa, untuk memperdalam studi kawasan Borobudur sehingga tumbuh sense of belonging terhadap kawasan ini. Dengan demikian, akan tumbuh rasa bertanggung jawab untuk merawat dan melestarikan peninggalan ini hingga ke generasi mendatang,” tambahnya.
Luhut juga memastikan, Pemerintah akan menyiapkan kawasan Candi Borobudur menjadi laboratorium konservasi cagar budaya bertaraf internasional. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim yang ikut mendampingi Luhut mengatakan, Candi Borobudur menyandang beberapa status, yaitu Warisan Dunia, Kawasan Cagar Budaya peringkat nasional, Kawasan Strategis Nasional, Obyek Vital Nasional, dan terakhir sebagai salah satu DPSP.
Konsep pariwisata berkualitas yang dimaksud, meliputi mulai dari aspek aksesibilitas dan konektivitas, amenitas, atraksi, dan ancillary (fasilitas tambahan). Secara khusus, pemerintah berkomitmen untuk menjaga keutuhan dan kelestarian Candi Borobudur sebagai peninggalan bersejarah bangsa Indonesia. Tampak juga hadir Menparekraf Sandiaga Uno dan wakilnya Angela Tanoesoedibjo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti dan Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian.
Menkomarves Luhut cek master plan pengembangan Candi Borobudur |
Menurut Luhut, masalah utama yang tengah dihadapi Candi Borobudur adalah tekanan besar terhadap struktur candi. Ini disebabkan peningkatan wisatawan Candi, yang mencapai 8.000 orang per hari pada 2019. Sementara, hasil studi Balai Konservasi Borobudur menunjukkan, idealnya kawasan puncak Candi Borobudur hanya mampu menampung maksimal 128 pengunjung per sekali kunjungan setiap harinya.
Nadiem menambahkan, ada beberapa hal yang akan diatur dalam pengelolaan terpadu Candi Borobudur, antara lain peningkatan fasilitas interpretasi dan informasi mengenai nilai penting Kompleks Candi Borobudur, peningkatan kualitas lingkungan hidup dan sumber daya alam, pengembangkan pariwisata berkelanjutan yang mendukung pelindungan Kompleks Candi Borobudur dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kegiatan konservasi cagar budaya di kawasan, serta perbaikan tata kelola.
Sedangkan Sandiaga memaparkan, pengembangan sektor parekraf di DPSP Borobudur akan dilakukan dalam tiga pilar strategi, yakni inovasi, adaptasi dan kolaborasi. Hal ini agar pelaku usaha parekrafnya bisa tetap kreatif, melek digital dan sejahtera dalam berusaha. Disiplin protokol kesehatan di masa pandemi tetap menjadi prioritas utama serta memberi insentif bagi pelaku usaha parekraf bekerjasama dengan kementerian dan lembaga terkait melalui Dana Hibah Pariwisata.
Dan, pengembangan Desa Wisata, yang merupakan bagian dari pada pilar terpenting pembangunan parekraf ke depan. Sesuai RPJMN 2020 – 2024, Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan sebanyak 244 desa wisata tersertifikasi menjadi desa wisata mandiri hingga 2024. Dari 244 desa wisata, sebanyak 150 desa wisata berada di 5 Destinasi Super Prioritas, termasuk DPSP Borobudur dan akan diperluas (ma).